Soal HOTS dikeluhkan oleh siswa sesaat sehabis pelaksanaan UNBK tingkat SMA/Sederajat. Bahkan keluhan perihal soal HOTS ini meramaikan hiruk pikuk dunia maya. Menteri Pendidikan Muhadjir Efendy hingga memperlihatkan klarifikasi terkait hal ini.
Soal HOTS dirasa sangat menyulitkan siswa alasannya ialah dianggap tidak sesuai dengan kisi-kisi. Tidak hanya muncul di tingkat SMA/Sederejat, soal HOTS juga muncul untuk ujian nasional tingkat SMP/MTs.
Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memasukkan soal jenis HOTS ke UN dan UNBK merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan evaluasi pendidikan yang berdasarkan survei global, ada di tingkat 64 dari 65 negara. Ini khusus untuk literasi, nah literasi sangat bersahabat kaitannya dengan pelajaran Bahasa Indonesia.
Sebenarnya, apa itu HOTS?
Berikut klarifikasi singkat dan beberapa pola yang bisa menggambarkan kerumitan soal jenis HOTS.
HOTS ialah abreviasi dari Higher Order Thinking Skill. Secara sederhana, bisa diartikan dengan Kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini melatih siswa biar bisa:
- memutuskan apa yang harus dipercayai
- mentapkan apa yang harus dilakukan
- mencipta ide baru
- menciptakan prediksi
- memecahkan duduk kasus kasuistik (bukan duduk kasus rutin)
Untuk lebih memudahkan memahami jenis dan konsep soal HOTS, dalam jenis soal ini siswa diminta untuk 'berpikir'. Bukan sekadar menghafal dan mengingat-ingat. Menghafal ini tingkat lebih rendah, dibanding berpikir dan menalar (HOTS).
Jadi, kalau sudah berpikir tidak cukup hanya soal yang menanyakan:
Sebutkan ciri-ciri puisi lama!
Contoh soal di atas bukanlah pola soal HOTS. Karena untuk bisa menjawab itu, siswa hanya perlu menghafal ciri-ciri puisi lama.
Nah, biar menjadi soal dangan tingkat logika tinggi, atau soal HOTS, soal di atas sanggup dikembangkan. Misalnya, dengan menyajikan sebuah puisi atau beberapa puisi.
Contoh soal dengan tuntutan berpikir logika yang lebih tinggi ialah sebagai berikut!
Bacalah kutipan puisi 'Bukan Beta Bijak Berperi' karya Rustam Efendi berikut ini!
Dengan soal menyerupai di atas, pelajar dituntut untuk mengetahui dua konsep sekaligus, yaitu konsep (pegetahuan) perihal puisi lama, dan puisi baru. Maka, diperlukan dengan analisis yang dalam dan logika yang luas.
Untuk bisa menjawab Soal HOTS di atas, siswa harus mengetahui ciri-ciri puisi lama. Yang salah satu bentuk yang jamak diajarkan dan dipakai ialah Syair dan Pantun. Syair sajaknya a-a-a-a. Pantun sajaknya a-b-a-b. sama-sama terdiri dari empat baris dalam satu baitnya. Bedanya lagi, syair semuanya ialah isi. Sementara pantun, terdiri dari sampiran (2 baris pertama) dan teridiri dari isi (2 baris terakhir).
Nah, pada soal di atas, puisi Rustam Efendi, memakai pola sajak a-b-a-b. berperi-syair-negeri-mair. Akan tetapi, masing-masing baris ialah isi, jadi semacam syair.
Jadi, yang bisa menjawab ialah siswa yang paham logika dan budi budi menyerupai ini:
Puisi Rustam Efendi di atas disebut sebagai puisi gres alasannya ialah sudah berbeda dengan puisi usang (syair dan pantun). Puisi usang harus mengikuti hukum syair atau pantun. Sementara puisi tersebut sudah berbeda, disebut pantun bukan alasannya ialah semuanya ialah isi. Disebut syair juga bukan alasannya ialah pola sajaknya ialah a-b-a-b.
Nah, itu salah satu pola soal HOTS yang selama ini dikeluhkan oleh siswa maupun oleh guru yang masih kesulitan dalam membuatnya. Semoga, pola soal HOTS ini bisa menginspirasi para guru dalam menciptakan soal-soal HOTS lebih lanjut. Tidak hanya itu, guru juga harus berusaha memperlihatkan klarifikasi dalam dan tajam dengan budi budi yang luas. Bukan sekadar menghafal.
Soal HOTS dirasa sangat menyulitkan siswa alasannya ialah dianggap tidak sesuai dengan kisi-kisi. Tidak hanya muncul di tingkat SMA/Sederejat, soal HOTS juga muncul untuk ujian nasional tingkat SMP/MTs.
Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memasukkan soal jenis HOTS ke UN dan UNBK merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan evaluasi pendidikan yang berdasarkan survei global, ada di tingkat 64 dari 65 negara. Ini khusus untuk literasi, nah literasi sangat bersahabat kaitannya dengan pelajaran Bahasa Indonesia.
Sebenarnya, apa itu HOTS?
Berikut klarifikasi singkat dan beberapa pola yang bisa menggambarkan kerumitan soal jenis HOTS.
HOTS ialah abreviasi dari Higher Order Thinking Skill. Secara sederhana, bisa diartikan dengan Kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini melatih siswa biar bisa:
- memutuskan apa yang harus dipercayai
- mentapkan apa yang harus dilakukan
- mencipta ide baru
- menciptakan prediksi
- memecahkan duduk kasus kasuistik (bukan duduk kasus rutin)
Untuk lebih memudahkan memahami jenis dan konsep soal HOTS, dalam jenis soal ini siswa diminta untuk 'berpikir'. Bukan sekadar menghafal dan mengingat-ingat. Menghafal ini tingkat lebih rendah, dibanding berpikir dan menalar (HOTS).
Jadi, kalau sudah berpikir tidak cukup hanya soal yang menanyakan:
Sebutkan ciri-ciri puisi lama!
Contoh soal di atas bukanlah pola soal HOTS. Karena untuk bisa menjawab itu, siswa hanya perlu menghafal ciri-ciri puisi lama.
Nah, biar menjadi soal dangan tingkat logika tinggi, atau soal HOTS, soal di atas sanggup dikembangkan. Misalnya, dengan menyajikan sebuah puisi atau beberapa puisi.
Contoh soal dengan tuntutan berpikir logika yang lebih tinggi ialah sebagai berikut!
Bacalah kutipan puisi 'Bukan Beta Bijak Berperi' karya Rustam Efendi berikut ini!
Bukan beta bijak berperi,
Pandai menggubah madahan syair,
Bukan beta budak Negeri,
Musti berdasarkan permintaan mair.
Sarat saraf saya mungkiri,
Untaian rangkaian seloka lama,
Beta buang beta singkiri,
Sebab laguku berdasarkan sukma.
Mengapa puisi di atas disebut puisi baru, bukan puisi lama?Pandai menggubah madahan syair,
Bukan beta budak Negeri,
Musti berdasarkan permintaan mair.
Sarat saraf saya mungkiri,
Untaian rangkaian seloka lama,
Beta buang beta singkiri,
Sebab laguku berdasarkan sukma.
Dengan soal menyerupai di atas, pelajar dituntut untuk mengetahui dua konsep sekaligus, yaitu konsep (pegetahuan) perihal puisi lama, dan puisi baru. Maka, diperlukan dengan analisis yang dalam dan logika yang luas.
Untuk bisa menjawab Soal HOTS di atas, siswa harus mengetahui ciri-ciri puisi lama. Yang salah satu bentuk yang jamak diajarkan dan dipakai ialah Syair dan Pantun. Syair sajaknya a-a-a-a. Pantun sajaknya a-b-a-b. sama-sama terdiri dari empat baris dalam satu baitnya. Bedanya lagi, syair semuanya ialah isi. Sementara pantun, terdiri dari sampiran (2 baris pertama) dan teridiri dari isi (2 baris terakhir).
Nah, pada soal di atas, puisi Rustam Efendi, memakai pola sajak a-b-a-b. berperi-syair-negeri-mair. Akan tetapi, masing-masing baris ialah isi, jadi semacam syair.
Jadi, yang bisa menjawab ialah siswa yang paham logika dan budi budi menyerupai ini:
Puisi Rustam Efendi di atas disebut sebagai puisi gres alasannya ialah sudah berbeda dengan puisi usang (syair dan pantun). Puisi usang harus mengikuti hukum syair atau pantun. Sementara puisi tersebut sudah berbeda, disebut pantun bukan alasannya ialah semuanya ialah isi. Disebut syair juga bukan alasannya ialah pola sajaknya ialah a-b-a-b.
Nah, itu salah satu pola soal HOTS yang selama ini dikeluhkan oleh siswa maupun oleh guru yang masih kesulitan dalam membuatnya. Semoga, pola soal HOTS ini bisa menginspirasi para guru dalam menciptakan soal-soal HOTS lebih lanjut. Tidak hanya itu, guru juga harus berusaha memperlihatkan klarifikasi dalam dan tajam dengan budi budi yang luas. Bukan sekadar menghafal.